Cara Perawatan Sapi Pedet
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latat Belakang
Pengembangan pembibitan sapi perah memiliki potensi yang cukup besar dalam
rangka mengurangi ketergantungan impor produk susu maupun impor bibit sapi
perah. Pembibitan sapi perah sangat tergantung pada keberhasilan program
pembesaran pedet sebagai replacement stock.
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Pedet yang baru
lahir membutuhkan perawatan khusus, ketelitian, kecermatan dan ketekunan
dibandingkan dengan pemeliharaan sapi dewasa. Pemeliharaan pedet mulai dari
lahir hingga disapih merupakan bagian penting dalam kelangsungan suatu usaha
peternakan sapi perah. Kesalahan dalam penanganan dan pemeliharaan pada pedet
muda dengan umur 0-3 minggu dapat menyebabkan pedet mati lemas saat lahir,
lemah, infeksi dan sulit dibesarkan.
Manajemen pemeliharaan pedet yang optimal sejak lahir sangat diperlukan
untuk memperoleh sapi yang mempunyai produksi dan produktifitas yang tinggi
yang siap menggantikan sapi yang sudah tidak berproduksi lagi, baik sebagai
induk maupun pemacek. Pemeliharaan pedet mulai dari penanganan kelahiran,
pemberian identitas, pola pemberian pakan, pemantauan terhadap pertumbuhan dan
pertambahan bobot badan, pencegahan dan penanganan terhadap penyakit, serta
kebersihan dan fasilitas kandang hingga pedet berumur 8 bulan, sangat
mempengaruhi keberhasilan tercapainya pedet sebagai calon bibit unggul pada
usaha ternak perah.
Dengan penanganan dan perawatan yang tepat akan dapat mengoptimalakan
performan pedet yang nantinya benar-benar siap menjadi replacement stock menggantikan
sapi yang sudah tidak berproduksi lagi. Menurut Muljana (1996), pedet yang
harus dipelihara terus setiap tahunnya untuk peremajaan adalah 30% dari jumlah
populasi induk.
BAB II
URAIAN MATERI
A. Perawatan Pedet
Untuk menghasilkan anak sapi yang cukup kuat salah satu caranya induk sapi
yang bunting sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum beranak sudah dikeringkan dan
induk sapi tersebut diberi pakan istimewa dan cukup baik kualitas dan
kuantitasnya. Setelah pedet dilahirkan, merupakan periode yang sangat kritis. Oleh
karena itu anak sapi perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya (Muljana,
1982).
Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses
penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan
yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Penanganan Pedet pada saat lahir
Penanganan Pedet pada saat lahir dilakukan apabila induk tidak bisa
berperan secara optimal. Hal ini menjaga agar sifat alami atau tingkahlaku
ternak tidak terusak. Bantuan dapat diberikan dengan langkah-langkah sesuai
tingkah laku ternak tersebut. Pertama membersihkan semua lendir yang ada
dimulut dan hidung demikian pula yang ada dalam tubuhnya, menggunakan handuk
(kain) yang bersih. Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
Kemudian potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk
mencegah infeksi lalu diikat. Berikan jerami kering sebagai alas. Dan jangan
lupa beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir (Imron,
2009).
2. Pemberian Pakan
Pemberian Pakan Anak Sapi / Pedet diharapkan semaksimal mungkin mendapatkan
asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik pada saat masih pedet akan
memberikan nilai positif saat lepas sapih, dara dan siap jadi bibit yang prima.
Sehingga produktivitas yang optimal dapat dicapai.
a. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet.
Menurut Imron 2009, untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada
pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat
pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan ini yang akan menuntun
bagaimana langkah-langkah pemberian pakan yang benar. Sejak lahir anak sapi
telah mempunyai 4 bagian perut, yaitu : Rumen (perut handuk), Retikulum (perut
jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi
itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 %
dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa.
Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu
kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara
bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal
pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan
selanjutnya belajar menkonsumsi rumput.
b. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet
Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Pakan
cair/likuid : kolostrum, air susu normal, milk replacer
Kolostrum
Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru
melahirkan, berwarna kekunig-kuningan dan lebih kental dari air susu normal.
Komposisi kolostrum :
· Kolostrum
lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X
untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal
· Mengandung
enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya
secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan).
· Kolostrum
mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung
inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein.
Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru
lahir dari penyakit infeksi.
· Kolostrum
dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena
mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama.
Mutu
Kolostrum : Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih
kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). Kualitas
kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3
– 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk
terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan
maupun saat akan diperah (Soetarno, 2003).
Milk Replacer
atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu
sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik
kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan kalau
diberi air susu sampai umur 4 minggu. Namun kadang-kadang pemberian milk
replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan
pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal
dari produk air susu yang baik seperti ; susu skim, whey, lemak susu dan
serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat
pedet berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet
yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang dari 2 minggu belum
bisa mencerna pati-patian dan protein selain casein (protein susu).
2. Pakan
padat/kering : konsentrat pemula (calf starter) dan hijauan.
Manajemen
Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter dapat dimulai
sejak pedet 2 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf starter
ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat
mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi
– sapi calon bibit dan donor penyapihan dini kurang diharapkan.
Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah
mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.7 kg kg/ekor/hari
atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 2 bulan.
Tolak ukur
kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan
0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang
dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, TDN 75 – 80%, Ca
dan P, 2 banding 1, kondisi segar, palatable, craked (Imron, 2009).
Manajemen
Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu,
hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan
tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil
dalam memasok zat makanan. Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur
2 – 3 minggu.
· Berikan
rumput yang berkualitas baik yang bertekstur halus.
· Jangan
memberikan silase pada pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa
memanfaatkan asam dan NPN yang banyak terdapat dalam silase.
· Konsumsi
hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan.
B. Sistem Perkandangan
Pedet yang
lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam kandang bersama
dengan induk, diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet
mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi. Selain itu
pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi
pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih.
Perlakuan
ini haruslah dalam pengawasan yang baik sehingga dapat mengurangi kecelakaan
baik pada pedet atau induk. Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan
dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan
induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu
diberikan oleh peternak sesuai dengan umur dan berat badan (Imron, 2009).
Menurut
Soetarno 2003, selama 3-4 hari setelah lahir pedet biasaanya belumdipisahkan
dari induknya, agar dapar memperolah kolostrum sepenuhnya. Setelah itu, pedet
di tempatkan di dalam kandang pembesaran, baik berupa kandang observasi (observation
pens), kandang individu (individual pens), maupun kandang kelompok (group
pens). Di sini pedet mulai dilatih untuk mengkonsumsi suplemen makan.
C. Penanganan Penyakit
1. Diare
(Mencret)
Penyakit
yang sering ditemui pada pedet adalah diare. Diare pedet masih cukup menakutkan
karena seringkali berakibat kematian. Menurut Kurniawan 2009, jika pedet
kehilangan lebih dari 15% cairan tubuhnya, dia akan mengalami stress yang luar
biasa dan mengakibatkan kematian. Dari sekian banyak sebab diare pada pedet,
penanganan saat lahir, tidak adanya desinfeksi pusar dan sanitasi kandang pedet
yang buruk, adalah penyebab utamanya. Pedet adalah investasi karena keuntungan
para peternak kebanyakan hanya berasal dari penjualan pedet.
Ada beberapa
langkah untuk mengatasi diare pada pedet yaitu dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
· Memperbaiki
cairan tubuh pedet. Yaitu dengan memberikan cairan elektrolit/oralit dan susu
secara bergantian. Dan juga mengurangi konsumsi susu karena susu bisa
menstimulasi banteri ikutan.
· Memberikan
antibiotik karena 80% diare disebabkan karena infeksi bakteri, kemudian
menambahkan Vitamin C sebagai antistress. Jika pedet tidak mau makan, maka
harus ditambah multivitamin dan antipiretik jika suhu badannya lebih dari 39,5
celsius.
· Memperbaiki
kondisi kandang menjadi bersih dan kering karena kandang yang buruk sanitasi
berpeluang memperparah infeksi.
· Segera
pisahkan pedet yang terjangkit dengan pedet yang lain untuk mencegah penularan.
· Mengamati
setiap saat kondisinya untuk memastikan pedet tetap aktif.
2. Cacingan
Menurut Tuimin 2009, Dr Drh Setiawan Koesdarto dan Dr Drh Sri Subekti dari
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga dan Dr Herra Studiawan dari
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga menyatakan, Toxocara vitulorum,
merupakan cacing askarid. Stadium dewasanya banyak dijumpai pada anak sapi
(pedet). Akibat dari penyakit cacingan (toxocariasis), sangat menekan
produktivitas ternak, berarti menjadi beban ekonomi bagi peternak secara
berkepanjangan jika tidak dilakukan pengendalian.
Upaya pengendaliannya menurut mereka sampai saat ini belum jelas, hal ini
disebabkan belum adanya informasi tentang keadaan toxocariasis pada pedet.
Tersedianya obat cacing, umumnya hanya berkhasiat terhadap stadium dewasa,
kurang berkhasiat untuk stadium larva dan telur.
Hal ini karena ternak sapi sewaktu-waktu dapat dijual bila diperlukan.
Kepemilikan ternak sapi selain menghasilkan daging juga pupuk, serta kulit dan
tulangnya mempunyai potensi untuk dikembangkan dalam bidang industri dan
kerajinan.
Walaupun demikian penyakit parasit cacing khususnya cacing saluran
pencernaan pernah dilaporkan Disnak Jatim. Menurut Simon dan Syahrial serta
Gunawan dan Putra penyakit yang sering dijumpai pada pedet adalah gangguan
parasit usus.
Salah satu jenis parasit usus yang sering dilaporkan menyerang pedet muda
adalah toxocariasis. Parasit cacing ini menimbulkan kerugian yang cukup besar,
bahkan dapat mengakibatkan kematian pada pedet. Toxocariasis merupakan penyakit
yang banyak ditemukan di negara tropik dengan kelembaban tinggi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pedet adalah
anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Selama 3-4 hari setelah lahir
pedet harus mendapatkan kolostrum dari induknya, karena pedet belum mempunyai
anti bodi untuk resistensi terhadap penyakit. Setelah dipisahkan dari induk,
barulah pedet dilatih mengkonsumsi suplemen makanan sedikit demi sedikit
sehingga pertumbuhanya optimal.
Manajemen pemeliharaan pedet meliputi penanganan awal, setelah lahir,
pemberian pakan (kolostrum dan suplemen), sistem perkandangannya dan penanganan
terhadap penyakit.
B. Saran
Manajemen pemeliharaan pedet haruslah menjadi perhatian yang lebih bagi
para peternak, mengingat tinggkat kematian dan resistensinya terhadap penyakit
yang tinggi. Selain itu pedet adalah ternak replacement stock yang
tentunya dapat digunakan sebagai pengganti ternak yang produksinya kurang
optimal.
DAFTAR PUSTAKA